Gula Semut Binaan KPH Latimojong Kian Diminati Warga Luwu

Nalarpublik.com, Luwu – Produk gula semut kini kian menjamur di Kabupaten Luwu. Sejumlah Kelompok Tani Hutan (KTH) yang menjadi binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Latimojong terus meningkatkan produksi gula semut sebagai komoditas unggulan berbasis hasil hutan bukan kayu (HHBK).

Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh pendamping kehutanan LC Ismail Ishak, para petani dari berbagai desa mulai termotivasi untuk mengolah nira aren menjadi produk jadi yang bernilai tinggi. Pelatihan ini dinilai berhasil membuka wawasan petani bahwa hasil hutan bisa dikelola secara berkelanjutan sekaligus menguntungkan.

Bacaan Lainnya

“Saat ini, sudah beberapa kelompok yang aktif memproduksi gula semut setiap minggunya. Permintaan pasar juga mulai meningkat, bahkan beberapa warung kopi di Belopa kini rutin menjadi pelanggan,” ujar Ismail.

Salah satu produk yang tengah menjadi perhatian publik adalah Gula Semut “GulATa” dari KTH Buntu Tobo di Desa Tampumia, Kecamatan Bupon. Produk ini telah dipasarkan dengan kemasan higienis ukuran 1.000 gram, memiliki label halal, dan diklaim 100% natural. Selain sebagai pemanis sehat, produk ini juga menawarkan sejumlah manfaat seperti mencegah anemia, menambah semangat, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Salah satu warung kopi ternama di Kota Belopa, Warkop Topoka, bahkan telah menjadi pelanggan tetap. Gula semut digunakan sebagai bahan campuran kopi khas yang disajikan kepada pelanggan.

“Kami memilih gula semut karena rasanya lebih alami dan aman untuk kesehatan pelanggan. Sekaligus mendukung produk lokal,” ungkap pengelola Warkop Topoka.

Kehadiran produk seperti GulATa mencerminkan transformasi ekonomi desa yang mulai meninggalkan ketergantungan pada bahan mentah dan beralih ke produk olahan bernilai tambah. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga menjadi contoh nyata pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat.

KPH Latimojong bersama para pendamping kehutanan berharap dukungan dari berbagai pihak terus mengalir, baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun pasar lokal, agar produksi gula semut di Luwu dapat berkembang lebih pesat dan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan petani hutan. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *