Nalarpublik.com, Ponrang Selatan – Ketika sebagian petani kakao mulai kehilangan harapan karena produktivitas tanaman yang terus menurun, Muis Syamsuddin, pemuda sekaligus kepala dusun Rewang, Desa Buntu Karya, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, justru memilih untuk tetap bertahan dan optimis.
Melalui Klinik Kakao Desa yang ia dirikan sejak beberapa tahun lalu, Muis masih aktif lakukan pembibitan sampai saat ini yang dikenal luas sebagai “dokter kakao”.
Langkah ini dimulainya Sejak tahun 2008 silam. Ia diminta orang tuanya menanam bibit unggul bantuan dari PT Mars Incorporated di kebun belakang rumah, dan hasilnya sangat mencengangkan.
Akhirnya Muis terus menggeluti dan mengembangkan pembibitan serta teknik sambung pucuk (Cloning) dari varietas unggul seperti clon BB (Buntu Batu), BR 25, dan MCC 02, RBC 123 (Rewang Buah Cocoa) selain tahan penyakit juga memiliki hasil produksi tinggi, Varietas itu kini menjadi andalan para petani lokal di Luwu.
“Awalnya saya cuma coba-coba tanam bibit kakao dari Mars Incorporated di kebun belakang. Tapi tumbuhnya luar biasa. Lebih sehat, batangnya kuat. Dari situ saya mulai serius,” tutur Muis saat ditemui di rumah pembibitan miliknya pada Senin, 14/7/2025.
Diketahui, Saat ini sedikitnya 15.000 bibit kakao sambung pucuk siap jual dengan berbagai varietas unggulan di kebun pembibitan yang berada di pekarangan rumahnya.
Bibit kakao hasil pembibitannya mulai dipasarkan saat usia tanam lima bulan. Dengan harga Rp10.000 per pohon, petani bisa mendapatkan bibit berkualitas yang cukup murah untuk saat ini.
“Saya ingin petani tidak lagi tergantung. Kalau bisa bibit kita hasilkan sendiri, kenapa harus beli mahal dari luar, padahal petani kakao kita juga punya SDM,” tegas Muis.
Selain pembibitan, Ia juga membina para pemuda dan petani muda belajar okulasi, teknik sambung pucuk, dan merawat bibit sejak dini. karena kemahirannya menyambung batang kakao, sejumlah anak muda mulai ikut belajar dengannya. Setiap malam ia berdayakan pemuda dapat penghasilan tambahan.
“Bukan sekadar jual bibit. Saya juga Mengajak anak muda mendapat penghasilan tambahan untuk setiap pohon Rp 350, Saya ingin Rewang dikenal karena mutu, bukan sekadar jumlah. Biar kecil, asal berkualitas,” katanya.
Muis pun berharap kepada pemerintah maupun perusahaan swasta, bahwa benar-benar melihat pembibitan lokal sebagai mitra penting dalam program distribusi bibit kakao kepada masyarakat.
“Kalau ada program pembagian bibit, saya harap jangan lagi ambil dari luar. Kita di Luwu ini punya pembibitan sendiri, berkualitas juga. Kenapa tidak diberdayakan petani lokal saja?” ujarnya.
Harapan ini juga sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Luwu yang ingin mengembalikan kejayaan kakao sebagai komoditas unggulan. Muis yakin, dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan swasta, sektor kakao bisa kembali jadi penyangga ekonomi masyarakat seperti dulu.
Bagi masyarakat yang ingin membeli atau bekerja sama, bibit bisa langsung diambil dari lokasi pembibitan di Dusun Rewang, atau hubungi via WhatsApp di nomor 082293366999. (Ikram)